hallo.. welcome to my blogger, mungkin cerita ini singkat tetapi setidaknya ada manfaatnya :)
FAKTA 1
"e" adalah ciri khas bahasa
India. Pengucapan "e" bukan kayak apel, bebek ,dan lainya.
Tapi "e" sebagaimana pada kata jahe, cabe. Fonem ini akan kita
temukan dalam Al Qur'an (QS. Hud, 1:41) yang mengisahkan tentang Nabi Nuh
'alaihissalam. Dalam ayat ini ada satu kata dimana para 'ulama ahli tajwid
sepakat agar kata tersebut dibaca imalah.
وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَاوَمُرْسَاهَا
ۚ إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Kurang lebih artinya.
QS Hud, 11.41. Dan Nuh
berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di
waktu berlayar dan berlabuhnya". Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Yang saya kasih warna hijau bukan dibaca
"majroha" tapi dibaca "majreha".
Huruf ro dibaca imalah, ucapan antara fathah (a) dan kasroh (i) sehingga
menjadi re.
Fakta 2.
Secara umum, Asal mula bangsa India adalah Kaum Dravida,
penghuni lembah Shindu yang memiliki kepercayaan sendiri yaitu Sanatana Dharma/
kebenaran abadi. Setelah itu datanglah kaum pendatang, Arya sehingga terjadi
akulturasi budaya dan agama. Pada gilirannya ras pendatang Arya sangat
mendominasi kebudayaan dan peradaban sehingga adanya sistem kasta, dimana
bangsa aseli Dravida menempati kasta terendah yaitu sudra. Namun teori
"Ras Pendatang Arya" ini banyak yang menentang. Terlepas dari hal
tersebut, Secqara umum Agama mereka mengakui adanya Trimurti, 3 Dewa,
yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.
Dari Surat Nuh kita bisa tahu loh nama2 tuhan/ dewa2 Kaum Nabi Nuh 'alaihissalam itu.
Salah satunya adalah Suwwa. Kurang lebih artinya :
QS Nuh, 71.23. Dan mereka
berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan
kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan
jangan pula Suwwa´, yaghuts, ya´uq
dan nasr".
Mirip enggak sama Siwa?
Fakta 3.
Sebagai peyeimbang, ada baiknya kan kalo kita juga
berpijak pada literatur Hindu sendiri. Dalam lontar Purwaka Bhumi dikisahkan
tentang teori penciptaan sebagai berikut;
“Ketika semesta masih kosong awal mula yang “ADA”
hanyalah Sang Hyang, hakekat pertama adalah Sang Hyang Widhi Wisesa
tanpa bentuk, tanpa warna dan tanpa teman maka timbullah keinginan Beliau untuk
menciptakan Dewata, yang pertama lahir seorang wanita bernama Ni Canting Kuning
(Bhattari Uma), yang kedua seorang putra bernama Kursika (Bhattara Iswara)
kemudian Sang Garga (Bhattana Brahma), Sang Metri (Bhattara Mahadewa), Sang
Krusya (Bhattara Wisnu) dan yang terakhir adalah Sang Pretanjala (Bhattara
Siwa).
Wisnu = Wisesa Nuh
(Tuhan dari Nuh)
Dalam agama Hindu, manusia pertama disebut Manu.
Dalam setiap kurun Manwantara (yaitu suatu kurun zaman dalam satu kalpa) pasti
ada Manu. Ada empat belas Manwantara, sehingga ada empat belas Manu. Zaman
sekarang adalah Manwantara ketujuh dan diperintah oleh Manu ketujuh yang
bergelar Waiwaswata Manu. Dan mungkin Nabi Nuh adalah salah satu Manu tsb.
Manu = Man Nuh
(manusia Nuh)
Ngomongin tentang kisah Nabi Nuh 'alaihissalam, tentu identik dengan "Air Bah" (banjir dahsyat) dooong. Dalam Islam sendiri ada yang percaya peristiwa tersebut hanya bersifat lokal, namun ada juga yang menganggap bahwa itu banjir global. Mbah Wiki sendiri mencatat mitos2 dunia yang merekam tentang peristiwa banjir global [http://id.wikipedia.org/wiki/Air_bah_%28mitologi%29]. Dalam Mitologi Hindu kita akan mengenal Ikan Besar (Matsya) yang memberitahu Manu untuk membuat kapal.
Matsya = Masya-Allah (kaget karena takjub)
Menarik bukan? Tapi kita perlu tahu awal perkembangan bahasa manusia. Jiwa
kita ingin memahami bagaimana bahasa dikuasai dan dipergunakan dan dipergunakan
oleh manusia, kita harus memisahkan sistem kognitif secara tersendiri, suatu
sistem pengetahuan dan keyakinan yang berkembang sejak anak-anak, yang telah
berinteraksi dengan factor-faktor lain, untuk menentukan jenis perilaku
kebahasaan yang dapat kita amati. Dalam istilah linguistic, Chomsky menggunakan
istilah kompetensi, yaitu yang mendasari itu tidak didasari oleh manusia. Dari
konsep ini dapat dimengerti bahwa bahasa itu bukan learned¸ melainkan innate.
Bahasa sudah tertanam dalam alam bawah sadar setiap kita, manusia. Tanpa
mengetahu secara teknis dari bahasa bangsa lain, tekadang dari bahasa tubuh
kita mampu menangkap pesannya.
bermanfaat!!
BalasHapusyayayayayaya
BalasHapus