Label

Senin, 19 Januari 2015

Nuh A.S Nenek Moyang Bangsa India


hallo.. welcome to my blogger, mungkin cerita ini singkat tetapi setidaknya ada manfaatnya :)

FAKTA 1
"e" adalah ciri khas bahasa India. Pengucapan "e" bukan kayak apel, bebek ,dan lainya. Tapi "e" sebagaimana pada kata jahe, cabe. Fonem ini akan kita temukan dalam Al Qur'an (QS. Hud, 1:41) yang mengisahkan tentang Nabi Nuh 'alaihissalam. Dalam ayat ini ada satu kata dimana para 'ulama ahli tajwid sepakat agar kata tersebut dibaca imalah.


وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَاوَمُرْسَاهَا ۚ إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Kurang lebih artinya.
QS Hud, 11.41. Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya". Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Yang saya kasih warna hijau bukan dibaca "majroha" tapi dibaca "majreha". Huruf ro dibaca imalah, ucapan antara fathah (a) dan kasroh (i) sehingga menjadi re.

Fakta 2.
Secara umum, Asal mula bangsa India adalah Kaum Dravida, penghuni lembah Shindu yang memiliki kepercayaan sendiri yaitu Sanatana Dharma/ kebenaran abadi. Setelah itu datanglah kaum pendatang, Arya sehingga terjadi akulturasi budaya dan agama. Pada gilirannya ras pendatang Arya sangat mendominasi kebudayaan dan peradaban sehingga adanya sistem kasta, dimana bangsa aseli Dravida menempati kasta terendah yaitu sudra. Namun teori "Ras Pendatang Arya" ini banyak yang menentang. Terlepas dari hal tersebut, Secqara umum Agama  mereka mengakui adanya Trimurti, 3 Dewa, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa.  

Dari Surat Nuh kita bisa tahu loh nama2 tuhan/ dewa2 Kaum Nabi Nuh 'alaihissalam itu. Salah satunya adalah Suwwa. Kurang lebih artinya :

QS Nuh, 71.23. Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula Suwwa´, yaghuts, ya´uq dan nasr".

Mirip enggak sama Siwa?

Fakta 3.
Sebagai peyeimbang, ada baiknya kan kalo kita juga berpijak pada literatur Hindu sendiri. Dalam lontar Purwaka Bhumi dikisahkan tentang teori penciptaan sebagai berikut;

“Ketika semesta masih kosong awal mula yang “ADA” hanyalah Sang Hyang, hakekat pertama adalah Sang Hyang Widhi Wisesa tanpa bentuk, tanpa warna dan tanpa teman maka timbullah keinginan Beliau untuk menciptakan Dewata, yang pertama lahir seorang wanita bernama Ni Canting Kuning (Bhattari Uma), yang kedua seorang putra bernama Kursika (Bhattara Iswara) kemudian Sang Garga (Bhattana Brahma), Sang Metri (Bhattara Mahadewa), Sang Krusya (Bhattara Wisnu) dan yang terakhir adalah Sang Pretanjala (Bhattara Siwa).  

Wisnu = Wisesa Nuh (Tuhan dari Nuh)

Dalam agama Hindu, manusia pertama disebut Manu. Dalam setiap kurun Manwantara (yaitu suatu kurun zaman dalam satu kalpa) pasti ada Manu. Ada empat belas Manwantara, sehingga ada empat belas Manu. Zaman sekarang adalah Manwantara ketujuh dan diperintah oleh Manu ketujuh yang bergelar Waiwaswata Manu. Dan mungkin Nabi Nuh adalah salah satu Manu tsb.

Manu = Man Nuh (manusia Nuh)


Ngomongin tentang kisah Nabi Nuh 'alaihissalam, tentu identik dengan "Air Bah" (banjir dahsyat) dooong. Dalam Islam sendiri ada yang percaya peristiwa tersebut hanya bersifat lokal, namun ada juga yang menganggap bahwa itu banjir global. Mbah Wiki sendiri mencatat mitos2 dunia yang merekam tentang peristiwa banjir global [http://id.wikipedia.org/wiki/Air_bah_%28mitologi%29]. Dalam Mitologi Hindu kita akan mengenal Ikan Besar (Matsya) yang memberitahu Manu untuk membuat kapal.


Matsya = Masya-Allah (kaget karena takjub)
Menarik bukan? Tapi kita perlu tahu awal perkembangan bahasa manusia. Jiwa kita ingin memahami bagaimana bahasa dikuasai dan dipergunakan dan dipergunakan oleh manusia, kita harus memisahkan sistem kognitif secara tersendiri, suatu sistem pengetahuan dan keyakinan yang berkembang sejak anak-anak, yang telah berinteraksi dengan factor-faktor lain, untuk menentukan jenis perilaku kebahasaan yang dapat kita amati. Dalam istilah linguistic, Chomsky menggunakan istilah kompetensi, yaitu yang mendasari itu tidak didasari oleh manusia. Dari konsep ini dapat dimengerti bahwa bahasa itu bukan learned¸ melainkan innate. Bahasa sudah tertanam dalam alam bawah sadar setiap kita, manusia. Tanpa mengetahu secara teknis dari bahasa bangsa lain, tekadang dari bahasa tubuh kita mampu menangkap pesannya.

2 komentar: